Total Tayangan Halaman

Selasa, 19 Juli 2022

Salah Satu Pilar Leadership, Percayai Staf.

 12 Mei 2022

Mengantarkan RS untuk Akreditasi Paripurna adalah pengalaman yang sangat berharga bagiku. Aku adalah seorang ahli gizi yang mendapat pendidikan tambahan di fakulatas kesehatan masyarakat dan S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat. Di dalam hirarki pelayanan kesehatan, tidak sering seorang ahli gizi memperoleh kesempatan seperti yang aku terima. Boro-boro  dipercaya menjadi ketua tim akreditasi, menjadi  seorang champion di luar bidang gizi pun sebenarnya merupakan sebuah pencapaian yang luar biasa.

Itu sebabnya, aku mengawali tugas menjadi ketua akreditasi  dengan segenap ketidakyakinan. Sekitar tahun 2012, jika aku menengok ke kanan dan ke kiri, tak pernah ada kutemui sesama ahli gizi dalam training-training yang mempersiapkan menjadi tim akreditasi RS. Sebagian besar partner pelatihanku adalah dokter spesialis, direktur RS, atau dokter umum dengan pendidikan tambahan manajemen RS.

Aku ingat sebuah pernyataan dari seorang jangkar yang menyebutkan bahwa untuk menjadi ketua tim akreditasi, setidaknya seseorang mantan ketua komite medis. Duh, itu sangat jauh panggang dari api untuk diriku. Aku bukan semua apa yang disebutkan itu.  Maka, kalo aku terlihat percaya diri dan memegang kendali dalam memimpin tim akreditasi sungguh  itu adalah hasil dari sebuah perjuangan melawan diri sendiri yang sangat menguras energi. Apalagi, pada dasarnya, aku adalah seorang pembelajar yang biasanya agak malu-malu atau sungkan untuk mengekspresikan diri. Aku lebih nyaman bekerja di belakang layar, mendesain  sesuatu, mengusulkanya agar dilaksanakan dan kemudian aku mengamati proses bergulir.

Awalnya aku menganggap ini semua adalah kelemahanku. Kelemahan terbesarku. Namun, belakangan, aku mulai melihat bahwa ternyata Allah SWT memberikan ini sebagai karunia yang sangat besar. Aku diberi kesempatan untuk belajar langsung melalui langkah-langkah yang tidak akan pernah kuperoleh jika aku hanya diberi tugas yang biasa-biasa saja. Maka, proses mengantarkan tim akreditasi RS menjadi champion pelaksana untuk terwujudnya RS yang teakreditasi PARIPURNA adalah menjadi salah satu prestasi.

Proses itu yang ingin kuceritakan di sini. Semoga nanti menjadi inspirasi bagi orang lain. Tidak harus ahli gizi juga sih, tapi sekiranya ada  ahli gizi yang  juga memiliki step mirip denganku, aku berharap dirimu akan berprestasi melampaui apa yang telah kulakukan ini. Aku, meyakini sepenuhnya, bahwa kamu pasti bisa.

Sekitar tahun 2012 itu, aku memberanikan diri memimpin tim. Mengatur beberapa hal, “memaksa” beberapa situasi. Mulai dari pemilik hingga  staf yang paling ujung. Semuanya harus dilibatkan sebagai tim akreditasi. Aku memulai dengan melanjutkan mengelola champion-champion yang sudah dibangun oleh wakil direktur sebelum kemudian beliau berangkat sekolah. Aku memulai dengan mengakses tim yang sejajar denganku atau lebih muda dariku. Memaksa mereka untuk “mengajar” para senior dan dokter-dokter. Aku terus mengedifikasi mereka di hadapan para dokter ahli, hingga akhirnya semua dokter ahli itu percaya bahwa mereka memang champion yang layak untuk diikuti.

Kenapa pantas diikuti? Karena mereka sudah lebih dulu belajar. Itu saja yang membedakan. Jika pada akhirnya para dokter ahli itu juga tertarik untuk menjadi champion, ikuti saja prosesnya. Belajar. Kesempatan selalu diberikan,

Kini, 2022, 10 tahun kemudian, jika aku menengok ke kanan dan ke kiri, aku mulai melihat bahwa beberapa partner terbaik sedang mengerjakan belajar akreditasi. Ada di antara mereka  orang-orang yang tadinya aku pikir sulit dijangkau. Aku pikir tidak akan bisa menerima  bahwa aku telah mendahului mereka belajar mengenai implementasi mutu. Mereka semua adalah alasan mengapa aku sering  merasa rendah diri karena merasa tidak layak untuk memimpin. Aku tidak sekualified itu.

Namun taqdir telah menempatkan aku dalam posisi itu. Menjadi seorang kakak bagi adek-adeknya. Perlahan tapi pasti ternyata aku telah memberi kesempatan dan ruang untuk mereka bergerak dan meraih lebih tinggi. Kadang-kadang aku merasa bahwa lompatan yang mereka buat jauh lebih besar dan lebih indah. Mereka jauh lebih smart dariku. Itu kenyataannya. Namun, aku tidak melupakan karunia, bahwa sebagai staf aku telah dipercaya (memimpin tim mencapai PARIPURNA) dan aku pun telah  mempercayai staf agar mereka bisa menjadi pemimpin bagi timnya. Itu bukan kerja sendirian, itu adalah hasil kerja tim. Namun, aku boleh memiliki sejarah itu menjadi portofolio bagiku.

Allahu a’lam bishowab.  

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar